3 Kisah Perjalanan Sukses Binsis Toko Online

Untuk menumbuhkan ide-ide kreatif sebelum berbisnis toko online, seringkali kita membutuhkan inspirasi, dan inspirasi ini bisa datang muncul ketika membaca sebuah kisah-kisah perjalanan sukses.

Berikut ini ada 3 kisah sukses bisnis online, untuk referensi dan semoga menginspirasi, ada 3 judul berikut ini

1. Mahasiswi Surabaya Raih 20 Juta Per Bulan Dari Bisnis Fashion Online
2. Kisah Sukses Agree To Shop: Memaksimalkan Kehadiran Platform Online
3. Mahasiswi Surabaya Raih 20 Juta Per Bulan Dari Bisnis Fashion Online

Seperti apa ceritanya simak ulasannya berikut ini.

Mahasiswi Surabaya Raih 20 Juta Per Bulan Dari Bisnis Fashion Online

Sinta Permata Sari Memulai Bisnis Dengan Hanya Bermodal 500 Ribu Rupiah, Namun Kini Telah Meraup Puluhan Juta Rupiah Per Bulan. Apa Rahasianya?

Salah satu bisnis paling berkembang tak hanya di Indonesia, namun juga mendemami kalangan entrepeneur seluruh dunia adalah online business. Sesuai namanya, berjualan melalui media sosial maupun website internet sebagai lapak bisnis tak hanya digandrungi pengimpor, namun juga pegawai swasta, ibu rumah tangga, bahkan pelajar SMA! Jika Anda berfikir anak zaman sekarang tidak bisa apa-apa, bertemulah dengan Sinta Permata Sari. Mahasiswa semester tujuh salah satu universitas di Surabaya yang akrab dipanggil Sinta ini membuktikan bahwa dengan modal 500.000, seragam putih abu-abu, passion, komitmen dan kerja keras, maka omzet 20.000.000 per bulan bukan lagi sesuatu yang mustahil. Berawal dari kesukaannya mengoleksi baju dari SMA, si cantik sagitarius ini berani mencoba kemampuannya berbisnis lewat online shop. Penasaran? Mari terinspirasi oleh passion pemilik Schone and Hazzle yang bersedia diwawancarai secara eksklusif oleh Studentpreneur!

Simak juga :
Gramcaster Mengotomatisasi Instagram
Sejuta dari Instagram, TEKNIK MENGHASILKAN UANG LEWAT INSTAGRAM
Optimasi Akun Instagram 11 Poin Materi
Jualan di Instagram Yuk Menikmati Gurihnya Berjualan di Instagram

Jadi, apa sebenarnya yang dilakukan oleh Schone and Hazzle?
Schone and Hazzle, sebuah online shop yang menjual pakaian wanita dan remaja perempuan import dari Bangkok, Hongkong dan Korea ke seluruh Indonesia. Rata-rata menggunakan sistem pre-order dan ready stock.

Anda memulai bisnis ketika masih SMA. Bagaimana awal mulanya?
Berawal dari passion. Hobi belanja baju pas SMA lalu terfikir untuk coba punya online shop sendiri menggunakan modal dari nabung uang saku. Sekitar tahun 2010 dengan modal 500.000, Saya menjual pakaian buatan lokal dengan sistem PO (pre-order) karena untuk online shop, sistem PO bisa dibilang lebih menguntungkan dan hanya menyetok barang-barang best seller.

sinta-permata-sari

Dari hanya menjual produk lokal, lantas apa yang membuat Anda beralih mengimpor produk dari luar negeri?
Awalnya gampang untuk menjual produk produksi Indonesia karena desainnya mirip dengan barang impor. Sayang, kualitas pakaian buatan lokal yang sulit dideteksi dan membuat kostumer kecewa. Mulai dari kancing lepas sampai kualitas kain yang buruk, Saya berani mengimport produk luar negeri dari Bangkok, Hongkong dan Korea demi kualitas pakaian yang lebih bagus.

Sempat kesulitan untuk mengimpor baju dari luar negeri?
Kesulitan paling berat saat kargo ekspedisi terlambat karena Saya harus mengejar waktu yang dijanjikan kepada kostumer dan menebus barang dengan uang yang cukup banyak. Tapi kesulitan selain itu, hampir tidak ada karena Saya sudah punya pelanggan tetap dari SMA.

Schone dan Hazzle terus berkembang. Ada tips mengenai cara mendapatkan pelanggan baru?
Lewat endorse artis, mengikuti sistem SFS (Shout-out for Shout-out: dua online shop atau lebih, saling bertukar promosi di akun Instagram mereka agar menarik perhatian dan mengajak kostumer tetap masing-masing untuk berbelanja). Promosi lewat media sosial seperti fanpage Facebook, Line, Twitter, Instagram dan mengikuti event-event bazaar atau pameran yang sesuai dengan target market Kami. Untuk bazaar, kurang lebih kami sudah ikut enam sampai tujuh kali di Surabaya dan Malang. Tapi untuk pengiriman barang sudah sampai ke seluruh Indonesia.

Pernah menghadapi pelanggan yang sangat menyebalkan?
Ada pelanggan menyebalkan yang sering hit and run. Mereka pesan tanpa down payment atau uang muka lalu tiba-tiba menghilang. Tapi sejauh ini untungnya belum ada yang sampai melakukan penipuan. Sedangkan strategi, ya sabar saat behadapan dengan pelanggan yang agak cerewet dan memberikan potongan harga atau promo agar dia menjadi pelanggan tetap Schone and Hazzle.

Berapa omzet Schone and Hazzle setiap bulannya?
Saat ini minimal 20.000.000 per bulan. Sangat berbeda dari modal awal yang dulu cuma 500.000 hasil mengumpulkan uang saku. Sekarang, jika permintaan pelanggan sedang banyak-banyaknya seperti trend celana high-weist kemarin, omzet bisa mencapai 50.000.000.



Lalu apa project selanjutnya untuk mengembangkan bisnis Anda?
Untuk Schone and Hazzle, sekarang terpikir untuk nggak hanya mengimpor dari Asia saja, tapi juga dari Dubai karena kualitas produknya yang bagus-bagus tapi terkendala di harga yang bisa dibilang lumayan mahal. Lalu ada project kedua, yaitu bermitra bersama teman-teman membuat brand baju sendiri. Berawal dari keinginan memiliki merek sendiri yang berkualitas bagus. Kami mengambil bahan-bahan terbaik dari Indonesia seperi Bandung dan Malang, serta luar negeri seperti Bangkok dan Hongkong untuk didesain oleh desainer kami. Saat ini sudah jalan satu season dan diperuntukkan untuk pecinta fashion kelas menengah keatas.



Sinta kan masih kuliah. Bagaimana cara Anda mengatur waktu antara mengurus bisnis dan kuliah?
Untuk brand, karena bermitra dengan empat orang dan semuanya berbeda-beda universitas, Kami mengurus bergantian. Terutama karena Kami semua punya passsion yang sama di bidang fashion. Untuk online shop, Saya mengatasinya bersama pegawai online shop Saya sendiri. Sedangkan kuliah, beberapa kali titip absen dan bolos kelas tapi syukurlah IPK Saya selalu 3 keatas.

Sempat ada ketakutan saat memutuskan menjadi seorang entrepeneur dibidang fashion?
Ketakutan itu pasti. Tapi karena hobi, tidak ada yang perlu ditakutkan.

Untuk pembaca yang ingin memulai online shop, ada saran yang bisa dibagi?
Keinginan itu nomor sekian. Mulailah bisnis sesuai passion Anda. Kalau bisnis dimulai dengan passion, kesukaan dan hobi, semuanya akan berjalan lancar-lancar saja. Karena semua pekerjaan harus dikerjakan dengan senang hati. Susah untuk bertahan di satu pekerjaan kalau bukan itu bukan passion Anda.

Dalam lima tahun kedepan, apa yang Anda harapkan dari Schone and Hazzle?
Menjadi jauh lebih besar dan berkembang. Memiliki toko offline dan juga gudang.

Apa cita-cita seorang Sinta Permata Sari sekarang?
Saya bisa menjalankan banyak bisnis di bidang fashion dengan meningkatkan dan memperbesar omzet khusus fashion import. Lalu membuat brand Schone and Hazzle dengan kualitas premium bersama beberapa teman dan mulai belajar berkarir sebagai designer atau fashionpreneur dalam beberapa tahun. Apabila ternyata bidang ini tidak cocok, saya akan mencoba berbisnis di bidang  lain tentunya. The point is how to be a great entrepreneur.
Mari berdiskusi di kolom komentar! Anda juga bisa mendapatkan informasi bisnis anak muda kreatif melalui Facebook atau mengikuti kelas-kelas online gratis di Studentpreneur.

Sumber : https://studentpreneur.co/blog/mahasiswi-surabaya-raih-20-juta-per-bulan-dari-bisnis-fashion-online/


Kisah Sukses Agree To Shop: Memaksimalkan Kehadiran Platform Online

Tentu, brand Agree To Shop (ATS) sudah tidak terdengar asing lagi di telinga komunitas fashion online Indonesia. Diluncurkan pada tahun 2006, label ini menciptakan busana siap pakai, tas dan aksesoris yang memiliki konsep edgy casual. Sekarang, brand lokal ini tidak hanya diminati oleh pasar dalam negeri, namun juga dari luar seperti Singapura, Malaysia, dan Filipina. Hebatnya lagi, seluruh rancangan koleksi ATS hanya didesain seorang diri oleh Regina Rafika, yaitu Founder, Owner dan Creative Director dari clothing line yang kini sudah hampir 10 tahun berjalan.

Beberapa pekan lalu, tim SIRCLO memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Regina yang menceritakan secara langsung bagaimana bisnis Agree To Shop, yang meskipun diawali dari promosi mulut ke mulut saja, dapat meraih kesuksesan dengan  memaksimalkan kehadiran mereka di berbagai platform online -- salah satunya online shop. Kami juga mendengarkan bagaimana koleksi desainnya, yang telah menjadi trendsetter di kalangan bisnis fashion Indonesia, menghadapi pasar yang kini semakin kompeitif. Simak percakapan kami bersama Regina, atau lebih akrab disapa Rere, di kantor pusat SIRCLO.

Owner of Agree to Shop

Siang, bu Rere! Apa yang sebenarnya menginspirasi Anda untuk menekuni bisnis sendiri?

Jadi sejak SMA dulu aku sudah coba-coba jualan barang vintage, yang kemudian aku lanjutkan setelah mendapat banyak peminat. Karena passion dan strength aku memang di fashion design (dulu kuliah di Instituto di Moda Burgo Indonesia), aku jadi terpikir untuk membuat brand fashion yang bisa memadukan tren busana wanita muda zaman sekarang, dengan personal touch atau sentuhanku sendiri.

Bagaimana perkembangan Agree To Shop (ATS) sejak pertama dilaunch sampai saat ini?

Sejak awal dilaunch, ATS sudah berbasis online -- melalui mulut ke mulut, yang kemudian lanjut ke media sosial seperti Facebook dan Twitter, sampai saat ini menggunakan webstore untuk berjualan. Inget banget dulu ‘kelabakan' pegang handphone karena banyak banget pertanyaan maupun request dari peminat dan pembeli lewat Line dan Whatsapp.

Sejak terjun ke platform situs online shop, kita selalu arahin mereka untuk mengacu pada website, di mana semua informasi yang mereka butuhkan sudah tertera dengan jelas dan lengkap. Lama-lama, mereka bisa ‘menerima’ dan menggunakan platform ini dengan efektif, jadi fokus kita cukup di webstore saja, yang bikin pengurusan admin jauh lebih gampang dan efisien. Di luar itu, kita punya offline store yang berlokasi di The Foundry 8, daerah SCBD Jakarta Selatan dan juga koleksi di Alun-alun Sogo Central Park.

ATS

Source: www.agreetoshop.com

Apa inspirasi & konsep di balik setiap desain produk ATS?

Simple, sih. Karena desainnya dibuat oleh aku sendiri, pendekatannya cukup easy-going. Inspirasi bisa ambil dari apapun yang aku lihat. Sebelum memulai rancangan, pastinya semua diawali dengan mengambil tema atau fashion style yang lagi in. Bahan-bahan pakaiannya juga dari hasil hunting sendiri. Dari segi konsep, bisa dibilang gayanya kasual dan basic, tapi mengarah ke edgy. Desainnya feminin, tapi cenderung menggunakan warna-warna yang netral atau pastel.

Agree To Shop Model

Source: https://instagram.com/p/6hr1Bfru46

Peminat ATS sejauh ini dari kalangan mana saja?

Sejauh ini peminatnya cendurung wanita karir dan ibu rumah tangga, kurang lebih yang berusia 20 tahun ke atas. Tapi kita juga beberapa kali mendapatkan customer yang usianya lebih tua. Mungkin karena gaya desain dan penggunaan warna cukup basic, peminatnya jadi cukup luas. Ya -- bisa dibilang, kekuatan ATS memang di desainnya.

Inisiatif marketing yang telah dilakukan?

Kita sudah terlibat dalam beberapa bazar-bazar untuk promote nama. Ada juga beberapa kolaborasi dengan marketplace seperti Berrybenka dan Zalora, kemudian reseller kayak Widely Project di Bandung dan fashion brand lain seperti Bobobobo. Endorsement juga kita lakukan. Sejauh ini medium yang paling efektif memang Instagram, karena bisa pasar yang luas baik dari Indonesia ataupun dari luar.

Agree to Shop Instagram

Source: https://instagram.com/p/7KyrWbLu4-

Tantangan yang sejauh ini dihadapi, dan rencananya ke depan?

Mungkin karena rancangan ATS yang cukup unik dan banyak diminati sama segmen pasar yang luas, banyak kompetitor yang ingin meniru desain koleksi kita. Ya, namanya juga kompetisi. Yang jelas kita tetap fokus ngembangin desain untuk koleksi-koleksi berikutnya. Meskipun peminat kita sudah sampai Singapura, Malaysia dan Filipina, saat ini kita masih menyusun strategi selanjutnya dalam segi promosi, biar nama ATS semakin dikenal. Kita pun belum terlalu fokus ke pembuatan offline store sendiri karena sudah ada kerja sama dengan beberapa reseller, sepeti fashionvalet.com dari Malaysia.

Pertanyaan terakhir -- Ada saran untuk wirausaha yang ingin memulai bisnis sendiri?

Kalau kamu masih baru banget di dunia bisnis, mulai usaha dari yang kecil-kecil dulu, jangan langsung mengeluarkan modal dan upaya yang terlalu besar. Bukan untuk main aman, tapi kamu harus bisa menilai potensi produk kamu di pasar dan juga mengasah kemampuan untuk berjualan - mau online, maupun offline.

Terima kasih bu Rere, sukses terus ya!

Sumber : https://www.sirclo.com/blog/2015/09/kisah-sukses-agree-to-shop-memaksimalkan-kehadiran-platform-online



Dengan Modal 0 Rupiah, Dua Kakak-Beradik Ini Sukses Bisnis Hijab

Tren busana hijab mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam lima tahun terakhir. Hal ini pun membuat jilbab sebagai penutup kepala wanita berhijab semakin kaya keragamannya. Rupanya, keragaman jenis jilbab tersebut dilirik kakak-beradik ini untuk dijadikan peluang bisnis.

Adalah Intan Kusuma Fauzia dan adiknya, Atina Maulia yang bermula dari sekadar 'iseng' berjualan jilbab untuk mengisi waktu luangnya. Awalnya bisnis jilbab ini hanya memanfaatkan sarana BBM (Blackberry Messenger) dan SMS untuk memasarkan barang dagangannya. Selama tiga bulan, Atina lah yang pertama merintis bisnis jual-beli ini, tepatnya pada 2012 saat usianya masih 18 tahun.

Atina mengambil barang ke pusat grosir terlebih dahulu, hanya jika ada peminat yang tertarik. Setelah barang dibayarkan oleh pembeli, baru ia menyetorkannya kepada pihak pemasok. Jadi bisa dibilang, usaha berjualan jilbab ini dimulai tanpa mengeluarkan uang sepeser pun (untuk membeli barang), kecuali pada biaya internet dan komunikasi.


"Sebenarnya pada dasarnya kami berdua suka belanja online, akhirnya iseng cobain jualan tapi yang gampang. Adikku dulu jualan jilbab dan ambil barangnya grosiran. Jadi dia foto barangnya, upload ke BBM, kalau ada yang beli baru barangnya dikirim," cerita Intan ketika dihubungi Wolipop, Rabu (20/1/2016).

Saat itu, Intan yang masih berkuliah di PPM Manajemen jurusan finance business ini ditugaskan untuk membuat bisnis baru sebagai salah satu syarat kelulusannya. Akhirnya sang adik menawarkannya untuk mengelola bisnis hijab online bersama-sama. Selama tiga bulan berikutnya, wanita yang kini berusia 23 tahun ini rajin memantau bisnis tersebut hingga akhirnya benar-benar mantap menjalankan profesinya menjadi seorang wirausahawati.



Bisnisnya berjalan lancar hingga di tahun pertama. Saat itu, mereka berdua memutuskan untuk memproduksi sendiri jilbabnya dalam jumlah besar. Dengan mengandalkan model jilbab segi empat dan pashmina, kedua kakak-beradik itu mencari-cari konveksi yang bisa menyanggupi permintaannya.

Tapi sayangnya, halangan sempat menghampiri Intan dan Atina. Jilbab produksinya dinyatakan gagal produksi karena tidak sesuai dengan harapan mereka. Produknya memiliki panjang ukuran yang berbeda-beda sehingga tidak layak untuk dijual kembali. Saat itu mereka merugi hingga Rp 70 juta rupiah dan sempat tidak mau berjualan lagi karena shock dan tidak semangat.

Namun dorongan dari orangtua membuat mereka bangkit kembali menghadapi suka duka dan persaingan di dunia bisnis. Berkat itu, kini nama Vanilla Hijab terkenal di media sosial khususnya Instagram dengan jumlah pengikut lebih dari 300 ribu followers dan berhasil memiliki dua konveksi sendiri.

Dalam sebulan, mereka memproduksi sekitar empat model jilbab yang masing-masing jenisnya diproduksi sebanyak 1500 potong. Jilbab tersebut terdiri dari delapan hingga 10 warna yang didominasi oleh warna-warna pastel.


"Warna pastel itu memang salah satu konsep kami. Jarang ada warna yang bold dan neon seperti kuning terang atau pink neon. Paling ada beberapa warna gelap yang standar seperti biru, hitam dan marun," lanjut Intan.

Karena usahanya yang sudah cukup terkenal khususnya di kalangan para hijabers, hijab yang diproduksinya selalu habis tak tersisa saat usai diproduksi. Padahal, Intan dan Atina sudah memproduksi hingga 3.500 potong dalam sebulan dan sempat merasa was-was jika produk buatan mereka tidak laku terjual. Tanpa disangka, barang jualannya langsung habis dalam waktu setengah jam saja.

"Sampai sekarang kami selalu over demand, makanya kami membatasi setiap pembelian hanya empat potong saja setiap customer, agar yang lain juga kebagian," terangnya.

Sudah serius menjalani bisnis yang awalnya tidak mengeluarkan modal sama sekali, kedua kakak-beradik ini pun terus berinovasi dalam usahanya. Kini mereka tengah mengembangkan aplikasi mobile yang bisa memudahkan para pelanggan untuk berbelanja.

"Aplikasi itu sudah bisa di-download tapi belum bisa dipakai untuk transaksi, masih mau 'digodok' lagi. Ke depannya mau buat aplikasi untuk iOs karena kan kita nggak selamanya ada di Instagram," tutup Intan. (int/hst)

https://wolipop.detik.com/read/2016/01/22/091342/3124404/1133/dengan-modal-0-rupiah-dua-kakak-beradik-ini-sukses-bisnis-hijab
Simak juga :
Gramcaster Mengotomatisasi Instagram
Sejuta dari Instagram, TEKNIK MENGHASILKAN UANG LEWAT INSTAGRAM
Optimasi Akun Instagram 11 Poin Materi
Jualan di Instagram Yuk Menikmati Gurihnya Berjualan di Instagram



Support Blog ini dengan berkunjung dan berbelanja online di situs https://www.lapakdigital.web.id, klik disini Informasi Produk Digital, produk rumahan, peluang usaha online